ya Bang Ridho.... Walau usia kami terpaut jauh namun persahabatan kami lebih dari persahabatan kebanyakan orang. Aku mengenalnya saat aku sedang menunggu angkot di pertigaan pasar 5 bulan yang lalu. Entah siapa yang mulai percakapan, kami mengobrol hingga kami merasa banyak kecocokan satu sama lain. Yang saya tahu dia adalah salah satu Preman yang terkenal kejam dan ditakuti oleh banyak pedagang di pasar itu. Anehnya aku sama sekali tidak merasa takut dan biasa saja menganggapnya. Ia mendapat julukan Bang Rambo sebelum kami sepakat mengganti namanya dengan nama Bang Ridho. Ia sama sekali tidak marah bahkan sangat senang saat aku pilihkan nama itu untuknya.
Cerita sengkatnya begini, setelah pertemuan itu, hampir tiap kali kami bertemu di pertigaan itu, pastilah kami sempatkan untuk bercerita; mengenai kehidupan, musik hingga agama. Ia pun bercerita mengenai awal mula mengapa dan kapan ia menjadi Preman pasar hingga ditakuti banyak orang. Tiap kali ia mengakhiri cerita ia selalu berkata hal yang sama. “ Aku ingin berubah dan menjalani kehidupan yang sewajarnya seperti kebanyakan orang.” Ia juga pernah memintaku untuk mengajarinya sholat dan mengaji. Satu hal lagi tiap hari ia selalu menitipkan padaku sejumlah uang, katanya untuk dimasukan dalam kotak amal. Aku selalu mengajaknya untuk ikut sholat berjama’ah di masjid, namun ia hanya berkata “ saya masih kotor de belum pantas masuk masjid.”.
Udah 3 hari aku gak pernah liat dia lagi, aku beranikan diri bertanya sama temannya sesama preman pasar (takut juga sih tanya sama preman). Akupun menuju tempat biasa para preman kumpul, aroma minuman keras tercium setelah aku tiba di tempat yang aku tuju, rasa takut datang lagi tapi rasa ingin tahuku sama bang ridho cukup besar. “Bang tahu bang rambu gak”tanyaku.
Semua preman memandangku ”adek yang bernama harum” kata salah satu preman padaku
“iiiiya…bang” jawabku
“nih ada surat buat adek dari bang Rambo” salah satu preman menghampiriku dan menyerahkan surat kepadaku
Akupun cepat2 pulang setelah aku mengucapkan terima kasih pada preman itu. Sesampainya di rumah akupun cepat2 menuju kamarku, akupun gak sabar tuk baca surat dari bang ridho
Dek harum…
Maaf .......ya abang gak bilang2 sama adek dulu. Kalau abang mau pergi,....
.......
Abang pergi setelah ada sahabat abang yang dari pesantren mengajak abang untuk menuntun ilmu agama di jawa timur tepatnya di tebuiring.
Makasih ya.... dek, karena adek belum tentu abang mau belajar mengenal agama lagi dan selama abang kenal adek, abang sadar bahwa kehidupan abang nih salah…..
########
Kalau bang ridho baca tulisan nih….bahwa abang adalah salah satu sahabat terbaikku
Cerita sengkatnya begini, setelah pertemuan itu, hampir tiap kali kami bertemu di pertigaan itu, pastilah kami sempatkan untuk bercerita; mengenai kehidupan, musik hingga agama. Ia pun bercerita mengenai awal mula mengapa dan kapan ia menjadi Preman pasar hingga ditakuti banyak orang. Tiap kali ia mengakhiri cerita ia selalu berkata hal yang sama. “ Aku ingin berubah dan menjalani kehidupan yang sewajarnya seperti kebanyakan orang.” Ia juga pernah memintaku untuk mengajarinya sholat dan mengaji. Satu hal lagi tiap hari ia selalu menitipkan padaku sejumlah uang, katanya untuk dimasukan dalam kotak amal. Aku selalu mengajaknya untuk ikut sholat berjama’ah di masjid, namun ia hanya berkata “ saya masih kotor de belum pantas masuk masjid.”.
Udah 3 hari aku gak pernah liat dia lagi, aku beranikan diri bertanya sama temannya sesama preman pasar (takut juga sih tanya sama preman). Akupun menuju tempat biasa para preman kumpul, aroma minuman keras tercium setelah aku tiba di tempat yang aku tuju, rasa takut datang lagi tapi rasa ingin tahuku sama bang ridho cukup besar. “Bang tahu bang rambu gak”tanyaku.
Semua preman memandangku ”adek yang bernama harum” kata salah satu preman padaku
“iiiiya…bang” jawabku
“nih ada surat buat adek dari bang Rambo” salah satu preman menghampiriku dan menyerahkan surat kepadaku
Akupun cepat2 pulang setelah aku mengucapkan terima kasih pada preman itu. Sesampainya di rumah akupun cepat2 menuju kamarku, akupun gak sabar tuk baca surat dari bang ridho
Dek harum…
Maaf .......ya abang gak bilang2 sama adek dulu. Kalau abang mau pergi,....
.......
Abang pergi setelah ada sahabat abang yang dari pesantren mengajak abang untuk menuntun ilmu agama di jawa timur tepatnya di tebuiring.
Makasih ya.... dek, karena adek belum tentu abang mau belajar mengenal agama lagi dan selama abang kenal adek, abang sadar bahwa kehidupan abang nih salah…..
########
Kalau bang ridho baca tulisan nih….bahwa abang adalah salah satu sahabat terbaikku
0 komentar:
Posting Komentar
Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).